Jumat, 24 April 2009

The Assassination of Purity




Rama, yang telah berjuang mendapatkan kembali Sinta dari Rahwana, kini mempertanyakan kesucian istrinya yang telah lama tinggal di Alengka itu. Tersinggung karena pernyataan suaminya, Sinta mengancam untuk membakar dirinya di depan rakyat Ayodya. Ia memperingatkan Rama bahwa jika asap yang keluar nantinya berbau harum berarti dirinya tidak seperti yang Rama tuduhkan. Ternyata benar, sesaat setelah Sinta terjun ke api suci, terciumlah bau yang harum. Rama menyesali keraguannya terhadap istrinya. Akan tetapi, semua telah terlambat

Adegan tersebut adalah bagian dari pementasan darma berjudul “Ramayana: the Assassination of Purity” yang diselenggarakan di UNNES beberapa waktu lalu. Uniknya, meski para pemain berbusana ala wayang orang, dialog yang digunakan adalah bahasa Inggris. Hal ini tak lain karena pentas tersebut diselenggarakan oleh mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris semester lima Universitas Negeri Semarang (UNNES) sebagai ujian mata kuliah Drama. Selain Ramayana, judul lain yang ditampilkan antara lain “Peterpan”, “Jaka Tarub and the Rice Cooker”, “Anastasia’s Love Story”, “Under Banana Tree I’m in Love”, dan “The Love Story of Lumut Kingdom”. Didukung oleh setting panggung dan lighting yang apik, pementasan yang diselenggarakan di gedung B6 FBS yang berkapasitas 500 orang itu dipenuhi oleh penonton, baik para mahasiswa dan dosen dari UNNES maupun universitas lain, bahkan masyarakat umum juga ikut menyaksikan.



Fuad, selaku Project Manager acara mengaku puas dengan hasil yang dicapai. Ia juga menyatakan kebanggaanya terhadap antusiasme penonton yang tinggi meskipun pertunjukan diselenggarakan di malam hari. Kesan akulturasi yang merupakan tema pementasan kali ini memang sangat terasa, seperti gamelan dan musik-musik barat yang digunakan, kostum dan sebagainya yang menurut Fuad adalah kunci untuk memikat penonton.

“Walaupun kita sehari-hari mempelajari bahasa Inggris yang merupakan bahasa asing, kita masih bisa mengangkat budaya lokal, contohnya ya cerita pewayangan ini. Meski harus mix antara budaya barat dan Jawa, misalnya.”

Fuad juga berharap bahwa pertunjukan semacam ini diselenggarakan di universitas lain dan dipublikasikan secara luas. “Ternyata minat anak muda terhadap pertunjukan semacam ini cukup tinggi juga, hanya sayang terkadang mereka tidak tahu” lanjut Fuad. (Zee/010109)


3 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus
  2. wogh... ada yang sampe curhat disini... @,@

    BalasHapus
  3. Assalamu'alaikum....

    ngomong2 soal cinta gag kan ada habisnya.
    hampir seperempat abad d dunia, tp Q lum paham bahasa cinta yg ky gmn.

    hehehehe padahal seneng bgt yg namanya nggombal.... :-D

    BalasHapus