Kamis, 26 Maret 2009

It's All about Mental Disturbance


Tau iridiologi gak? Itu lho salahsatu cara buat ngedeteksi gangguan kesehatan tubuh kita lewat iris mata (penjelasan simplenya kaya'gitu lah). Nah, di suatu hari yang cerah di semester 5, pas kuliah PKn di fakultas MIPA yang akhirnya kosong coz MIPA lagi punya gawe gitu. So, temen-temen mutusin buat jalan-jalan liat bazar disana. Ada salahsatu stan iridiologi yang bikin kita interested (soalnya murah haha). Jadilah kita mendaftar dan ngantri buat di"periksa". Peminatnya banyak juga lho! Kita yang dateng jam 8 aja baru dapet giliran menedekati jam 12 siang.

Finally, namaku dipanggil juga. Pertama-tama mata kita difoto ma kamera digital yang udah disambungin ma komputer. Ketika gambar mata kita udah masuk ke komputer, kemudian di zoom pake suatu software khusus trus di tandai bagian mana yang ada semacam bintik hitamnya. Jadi tu ya, ada semacam peta khusus di mata kita yang mengindikasikan kondisi bagian tubuh tertentu. And.... ternyata eh ternyata sodara-sodara! Berikut inilah gangguan kesehatan yang "terdeteksi" :

1. Syaraf (yang ini terbukti akhir-akhir ini. Gejalanya kalo bangun, berdiri ato nglakuin gerakan yang tiba-tiba, kepala rasanya sakit banget. Macem kena gempa gitu disertai mual. Kalo ngrasain gejala-gejala tadi harap ati-ati coz berhubungan ma saraf keseimbangan)
2. Panca indera (kata masnya si jadi kurang peka ato gimana. Kalo dipikir-pikir iya juga si, akhir-akhir ini koq ngerasa agak budeg gitu)
3. Tyroid
4. Semangat hidup kurang (Wuehehehe tau aja :-P)
5. Gangguan mental(???????!!!!!!!)

Buat yang terakhir itu bikin agak bingung juga. Kata petugasnya si gara-gara stress ato gimana. Tapi yah, emang semester lalu tu bener-bener bikin mad. Parahnya, hasil yang terakhir tadi terendus ma temen-temen laen yang ikut iridiologi. Tapi kaya'nya mereka koq happy punya temen "gila"... (?!)

Sorenya, kita ada kuliah Translation dimana (kebetulan) salahs atu text mbahas tentang mental disturbance yang terjadi pada anak-anak. Maka lekatlah sebutan "Mental Disturbance" itu pada seorang Ida Fauziyah and temen-temen enjoy banget dapet kosakata baru itu. Blom lulus sarjana udah dapet gelar baru : Ida Fauziyah, M.D.


Note: M.D. stands for Mental Disturbance

Minggu, 08 Maret 2009

Obat itu Bernama Sakit, Kecewa, dan Kehilangan

Hampir tiap manusia pernah mengalami sakit

Hampir tiap manusia pernah merasa kecewa

Hampir tiap manusia pernah kehilangan


Ketiga hal yang dialami hampir tiap manusia dalam hidupnya tersebut biasanya berujung pada rasa sedih, stres, marah atau takut. Akan tetapi, jika kita mau renungkan sejenak, terdapat hikmah yang luar biasa di balik ketiganya. Sakit, kekecewaan dan kehilangan ialah ibarat pil pahit yang harus diminum untuk mengobati seorang pasien. Bedanya, ketiga hal ini akan membuat kita menjadi lebih bijak di dalam menjalani kehidupan, sama seperti tujuan belajar sejarah.

Rasa sakit akan membuat kita sadar bahwa kesehatan merupakan rizqi dari Allah SWT yang patut kita syukuri. Dewasa ini, karena padatnya aktivitas dan rutinitas, banyak orang sering melupakan pentingnya menjaga kondisi tubuh. Akibatnya, sakit pun tak terhindarkan. Mungkin ada benarnya juga slogan “Di dalam tubuh yang sehat, terdapat jiwa yang kuat”. Walaupun bukan faktor yang paling utama, kesehatan akan menunjang segala kegiatan yang kita lakukan. Begitu juga sebaliknya. Oleh karena itu, jika pernah mengalami sakit sekali, maka kita akan lebih bijak dan berhati-hati dalam menjaga kesehatan.
Next, kecewa karena kegagalan? Tentu beberapa dari kita pernah mengalaminya. Yang perlu kita perhatikan bukan pada kegagalan yang telah terjadi, tetapi pada apa yang akan kita lakukan setelah gagal. Haruskah disesali atau justru menjadi cambuk agar kegagalan yang sama tak akan terulang di masa mendatang?

Bentuk kekecewaan yang lain misalnya terluka karena perkataan atau sikap orang lain. Ada yang bilang luka di tubuh bisa cepat sembuh, tetapi luka di hati lebih lama sembuh. Tak perlulah kita berlarut-larut ketika merasa kecewa sebab justru kekecewaan mengajarkan kita untuk menjadi pemaaf. Intinya, perlakukanlah orang lain sebagaimana kita ingin diperlakukan. Ada baiknya kita mengevaluasi diri sendiri: sudahkah bijak dalam berucap dan bersikap kepada orang lain?

Last but not least, kehilangan mengingatkan kita bahwa apa yang kita miliki sebenarnya hanyalah titipan yang sewaktu-waktu akan kembali kepada Sang Khaliq. Karenanya kita belajar bijak dengan tidak bangga berlebihan atas apa yang kita punya. Berbuatlah yang terbaik untuk orang-orang di sekeliling kita karena kita tak pernah tahu sampai kapan mereka atau kita masih ada di dunia.

“Sesungguhnya di samping kesukaran ada kemudahan” (QS. Al Insyirah:6)

Nah, selalu ada hikmah di balik segala sesuatu, walau itu merupakan hal yang menyakitkan sekalipun. Hanya saja, terkadang kita terlalu mendramatisir keadaan. Ingatlah bahwa sesuatu yang kecil akan terasa berat jika kita menganggapnya sebagai beban, tetapi sesuatu yang berat akan terasa ringan jika dinikmati. Mengutip kalimat Albert Einsten yang berkata bahwa hidup ini seperti naik sepeda. Supaya terjaga keseimbangan, Anda harus terus berjalan. Life must go on. Laa tahzan, innallaaha ma’anaa…

Renungan Dua Puluh



Dua puluh tahun yang lalu ia lahir ke dunia


Dua dasawarsa ia diberi kesempatan melihat silaunya matahari di atas bumi yang kian teraniaya


Dua puluh tahun jantungnya telah berdetak dalam hitungan yang bahkan tak kan sanggunp ia memikirkanya


Dua puluh tahun mata ini melihat alam semesta, yang seringnya membuat decak kagum, membuat diri ini kecil di hadapanNya


Dua puluh tahun mulutnya telah mengucapkan banyak kata, frasa, dan kalimat yang entah seperti apa bentuknya


Dua puluh tahun otaknya bekerja mencari arti hidup, mengingat tujuan hidup semula karena pada hakikatnya ia lupa akan janjinya


Dua puluh tahun telah ia dengar dengan telinga, macam-macam lagu kehidupan


Dua puluh tahun tubuhnya mencerna, tumbuh tapi kondisinya kian rapuh karena keegoisan pemakainya


Dua puluh tahun telah ia kunjungi dengan kakinya tempat-tempat yang istimewa. Masih ingin ia menginjakkan kaki di belahan bumi lainnya


Dua puluh tahun mengalami semua kata sifat(adjectives). Senang, sedih, marah, susah, bahagia, sakit, kecewa, pintar, bodoh, lapar, haus, kurus, gemuk, jelek, cantik, gila, dst


Dua puluh tahun ia jatuh dan bangkit, seterusnya


Dua puluh tahun bersama orang-orang yang kini tak lagi utuh secara fisik karena sebagian dari mereka telah kembali ke Sang Pemilik


Dua puluh tahun lamanya ia belajar memaknai kehilangan dan anugerah. Karena keduanya merupakan hal-hal yang memiliki hikmah luar biasa

Dua puluh tahun ini entah berapa galon airmata yang tumpah, baik karena kebahagiaan maupun kesedihan


Dua puluh tahun lamanya bertemu berbagai macam makhluk ciptaanNya, berkawan dengan mereka, terkadang terluka juga


Dua puluh tahun diri ini meninggalkan jejak di hati orang-orang yang mengenalnya. Entah itu jejak yang tercetak jelas ataupun samar-samar. Tak jelas pula apakah jejak itu bermanfaat atau justru menyakiti?


Dua puluh hati ini terpakai, ibarat pisau yang bisa mengancam jika pemiliknya tak hati-hati memakainya


Dua puluh tahun ia mencari jati diri, berusaha menciptakan suatu karya nyata dalam hidupnya


Dua puluh tahun diizinkan bernafas, selama itu pula telah jauh dariNya


Dua puluh tahun tangan ini menengadah, hati ini gerimis, berharap Ia kan s’lalu Memberikan ridhoNya di tiap nafas, tiap langkah, tiap waktu yang masih tersisa…