Sabtu, 05 Desember 2009

The Real Actors


“Guru adalah aktor yang hebat”. Aku teringat ucapan salah seorang guruku di SMA dulu. “Saat mereka ada masalah, baik di rumah atau di luar, mereka akan tetap memasang senyum. Berpura-pura bahwa tak terjadi apa-apa dengannya. Menyampaikan ilmu pada kalian yang sudah menjadi tugasnya. Walaupun ia sedang tak punya uang, anaknya sakit, atau sedang ada perselisihan dengan siapapun, ia tak boleh membawa masalahnya ke dalam kelas”, lanjut guruku.

Selasa, 06 Oktober 2009

Maaf Banget Yaa

Beberapa waktu lalu ketika masih dalam masa KKN (Kuliah Kerja Nyata), ada seorang kenalan yang minta blog ini diaktifin lagi. Hehe... jadi malu, blog baru seumur jagung tapi udah lama gak diupdate. Yah, harap dimaklumi saudara sekalian. Kalo aku si pengennya ngupdate tiap hari, tapi apa daya, koneksi dan kesempatan untuk nulis yang gak tersedia. Terakhir disibukkan dengan ujian, disusul dengan pertunjukan drama yang meminta banyak tenaga dan pikiran plus selama liburan harus mengikuti kegiatan KKN di desa yang letaknya nan jauh di mata.

Album Penuh Cerita


Ia ada disana, sebuah album berisi cerita. Cerita tentang cinta, suka, dan lara. Kumulai membuka album itu. Kulihat wajah-wajah mereka penuh seksama. Ekspresi ceria, senyum merekah darinya, tawa dan canda menghiasi lembaran-lembaran itu. Terkadang sendu kulihat dari raut mereka, saling bersimpati, saling berbagi. Kembali lembaran demi lembaran perlahan kubuka. Baru kusadari arti hadir mereka. Mereka yang menguatkan diri ini ketika lelah, menemani saat kesepian, hapuskan air mata saat tangis tak terbendung.

Rabu, 30 September 2009

Yang paling Mahal?


Harta paling mahal apa yang kalian miliki? Handphone keluaran terbaru? Laptop tercanggih? Motor paling keren? Mobil mewah? Rumah kaya' istana? Simpenan uang segunung? Atau yang lain??? Sekarang, coba jual semua itu. Maka percayalah kawan, jika semua hal tadi dijual maka tak akan bisa menggantikan yang namanya "kesehatan".

Selasa, 30 Juni 2009

Sisi Koin Manakah yang Dominan?

Aku punya seorang temen cowo yang luar biasa “doyan ngomong”, padahal setahuku sifat kaya’gitu cuma dimiliki oleh kebanyakan cewe. Lebih heran lagi, dimana-mana dia emang selalu suka mengkritisi sesuatu (bawel), suka bergurau, jadi kesannya gak pernah serius. Namun justru itu yang membuat hidup suasana, entah itu di forum dunia maya ataupun waktu berkumpul bersama teman-teman yang lain. Akan tetapi, suatu hari penilaianku terhadapnya berubah. Ceritanya, waktu sedang menghadapi masalah, ia dengan segera tahu dan memberikan nasihat-nasihat bijak yang cukup meringankan beban. Kata-katanya mampu menyemangati kembali, jauh dari sifatnya yang biasanya. Ia sungguh berbeda! Sampai aku berpikir, apa ini sebenarnya sifat aslinya?

Selasa, 19 Mei 2009

Merenung Vs Melamun




















Dosenku pernah bertanya seperti ini, “What is the difference between daydream and contemplation?”

Kalo menurutku waktu itu si kedua-duanya hampir gak bisa dibedakan. Ataupun kalo ada perbedaan, terletak pada tujuan. Kalo daydream (pelamunan) atau aktivitasnya disebut melamun itu tujuannya gak jelas, pikiran masih kemana-mana. Contohnya, pas masih di kelas, kita nglamunin apa makan siang nanti atau mau kemana abis kelas ini selesai, pindah lagi nglamunin enaknya tidur pas kuliah siang-siang bolong (yang ini bukan pengalaman pribadi). Sedangkan contemplation (perenungan) atau aktivitasnya disebut merenung tujuannya lebih spesifik. Misalnya merenungkan masa depan, merenungkan tentang diri kita dan sebagainya.
Dosen tadi menjawab, “Daydream and contemplation are almost similar. Both of them are difficult to distinguish.” Nah loe, trus???

Dan masih kata dosen tadi, kalo secara fisik (dari luar), aktivitas melamun dan merenung gak bisa dibedakan. Yang tau ya pelakunya sendiri, sebenernya dia tu lagi nglamun atau merenung?


Ngomong-ngomong, pernahkah kita menghitung (kalo Anda termasuk orang yang kurang kerjaan) berapa jam dalam sehari kita melamun? Kesempatan untuk melamun itu datang waktu ada jeda antara satu aktivitas ke aktivitas lain, atau pas kita lagi nungguin sesuatu, atau pas kita lagi istirahat, atau mau tidur, dsb. Karena tujuan melamun tu gak jelas, jadi apa yang dilamunin juga gak spesifik, tergantung kejadian atau keinginan yang kita simpan saat itu. Padahal, kalo mau lebih mengontrol diri, aktivitas melamun tadi bisa dialihkan menjadi “merenung”.

Kalo penulis si, waktu paling asik buat merenung ya pas di atas motor. Hehe.. maklum, sebagai seorang komuter, pulang pergi membutuhkan waktu lama. Sedangkan, di jalan gak mungkin donk nglakuin aktivitas lain yang pake tangan? Minimal otak yang beraktivitas. Yah, jadilah aku seorang “perenung jalanan” alias orang yang hobi merenung di atas jalan. Bayangin aja, pulang pergi bisa makan waktu kurang lebih satu setengah jam. Kan lumayan buat cari inspirasi, terutama buat ngisi blog ini.. Hehehe..


Selasa, 05 Mei 2009

Cinderella Boy

Senin lalu bener-bener exhausted. Pagi kuliah Introduction to Linguistics Research, melajarin procedure menganalisis data. Tapi apa daya, otak ini blank adanya. Trus, kuliah CMD ngebahas lesson plan kita yang indicators ma evaluationnya amburadul gak ketulungan. Fiiuuuh, semakin complicated siangnya. Trakhir, kuliah Introduction to Education Research. Asik sih…tapi “black box” (brain) kita udah keburu mendidih (njeblug kalo orang Jawa bilang hehehe). Tampang anak-anak udah kusut merhatiin dosen menjelaskan penelitian quantitative yang (wow) sounds difficult. Kalo aku si enjoy-enjoy aja, duduk di baris ketiga sambil ngoceh sana-sini. Tapi tetep pasang kuping koq, alias dengerin.

O ya, ada kejadian lucu abis kuliah. Ceritanya, setelah anak-anak berhamburan keluar kelas, masih ada beberapa anak yang tinggal buat nanya-nanya ke dosen tentang materi yang diajarkan tadi di kelas. Nah, salah satu temen bernama Tegar kliatan clingak-clinguk nyari sesuatu. “Ngapain?” tanya beberapa temen yang liat dia lagi kebingungan. “Sepatuku koq gak ada?” jawabnya dalam bahasa Jawa. Temenku yang liat dia make satu sepatu (yang satu kaki lagi cuma make kaos kaki doank), langsung ngakak histeris.

“Lha koq iso?”
“Cari dulu. Kalo toh dicuri, masa satu doank?”
“Lagian ngapain si nyopot sepatu di kelas?”
“Wah, jangan-jangan ada yang mau melet nih.” (Soalnya di barisan Tegar rata-rata mahasiswa cewe)

Begitu komentar temen-temen sambil bantuin nyari sepatu Tegar. Gak masuk akal banget menurutku. Masa sepatu bisa lenyap gitu aja? Pasti kerjaan temen yang iseng. Ato jangan-jangan di kelas ini ada yang nunggu. Ha??!!!
Setelah hampir setengah jam mencari dan dosen masih di kelas (tanpa peduli-karena emang gak tau kale-kalo ada yang kehilangan sepatu) akhirnya temen-temen kasi saran ke Tegar buat pinjem sandal aja. Dan meminta dia mengikhlaskan sepatunya. Diapun setuju.

Setelah hampir keluar ruangan, tiba-tiba mataku tertuju pada seonggok barang di pojok depan kelas. Setelah kucermati, aku sontak teriak. “Lah bukannya itu sepatunya”

“Waa, he’eh ik!” tegar girang bukan main. Temen yang lain masih ketawa ketiwi aja.

“Huh, mata udah gak beres semua” celetukku.

Tapi aneh juga si, masa dari tadi sebuah barang dicari ma banyak orang gak ketemu-ketemu. Haha, never mind lah. Yang penting Tegar udah nemuin sepatunya lagi, and gak jadi nyeker pulang kos. Dasar, Cinderella Boy

Kamis, 30 April 2009

Kupu-kupu

Pernahkah mengamati kupu-kupu? Ia hanya bisa melihat keindahan sayap teman-temannya. Sedangkan ia sendiri mungkin memiliki sayap yang lebih indah. Namun tak ia sadari. Begitu pula manusia dalam melihat kelebihan dirinya. Terkadang yang ada di pikiran seseorang adalah "Wah, dia si enak. Punya ini, punya itu.", atau kasus lain yaitu seseorang minder karena merasa bahwa ia tak punya satu hal pun yang bisa dibanggakan. Sama seperti kupu-kupu tadi yang tak bisa melihat sayap miliknya sendiri. Maka, yang nampak hanya apa-apa yang ada di hadapannya.

Yakinlah, sahabat... jika diri kita pasti memiliki potensi yang tersembunyi. Tugas kitalah untuk mencarinya. Bahkan jangka waktunya cukup panjang. Yakni, seumur hidup kita. Mau tau caranya agar seekor kupu-kupu bisa melihat sayapnya? Sederhana sebenarnya. Ia tinggal pergi mencari permukaan air, untuk berkaca, agar ia bisa melihat seindah apa sayap yang dimiliki. Manusia pun bisa "berkaca", kan? Tapi yang perlu digarisbawahi, seindah dan sehebat apapun kelebihan diri kita, semua itu hanyalah titipan semata...

Meninggal Kehausan karena Lebih Mengutamakan Saudaranya*

Abu Jahm bin Hudzifah r.a. berkata, “Ketika berlangsung perang Yarmuk, aku mencari sepupuku yang ikut bertempur. Aku membawa sebuah kantung air,karena mungkin ia kehausan. Ketika aku menemukannya, ia tergeletak di suatu tempat dalam keadaan sekarat. Aku berkata, “Aku minumkan air untukmu!” Dengan isyarat ia mengiyakan. Tiba-tiba terdengar rintihan seseorang yang sekarat. Sepupuku menyuruhku dengan isyarat agar memberikan minuman itu kepada orang yang merintih. Ternyata orang itu adalah Hisyam bil Abil ‘Ash. Ketika aku mendatanginya, di dekatnya juga tergeletak seseorang yang merintih sedang sekarat. Hisyam memberikan isayarat kepadaku agar aku mendekati orang itu. Ketika kudekati, ternyata ia telah syahid. Akhirnya aku bawa kembali air itu kepada Hisyam, ternyata ia telah syahid. Aku segera ke tempat sepupuku tadi, rupanya ia juga telah syahid. Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun.” (Dirayah)


Message: Sangat banyak kisah mengenai sifat itsar para sahabat yang tertulis dalam kitab-kitab hadits. Walaupun dirinya sendiri sedang dalam sekarat dan kehausan sehingga dalam keadaan seperti itu tentu sangat sulit untuk memperhatikan orang lain, ia tetap mendahulukan kepentingan orang lain yang juga berada dalam kesulitan. Allah tentu melimpahkan kasih sayang dan kemuliaan kepada mereka, karena kasih sayang mereka dicurahkan dengan mengorbankan nyawa mereka sendiri.


*diambil dari “Kisah Teladan Rasulullah SAW dan Para Sahabat r.a.” oleh Maulana Muhammad Zakariyya (2006)

Rabu, 29 April 2009

Really Hectic Study

Wooaaaaa!!

Gak nyadar, ternyata udah hampir mendekati ajal (?!). Hehehe, maksudnya kelulusan. So, target semester ini proposal skripsi musti udah goal. Liburan ikut KKN. Semester depan PPL and nyelesain skripsi. Kalo bisa si awal taon depan bisa ikut wisuda. Hhhhhhhh, musti maraton ni...!

Senin, 27 April 2009

KKN yang Aneeeeeeeeh

Keanehan:

1. Info mendadak, hanya beberapa hari sebelum pendaftaran.
2. Waktu pendaftaran online nd pengembalian formulir gak logis.
3. Tenggat waktu pembayaran sangat pendek.
4. Sosialisasi kurang.
5. Mau daftar aja gak bisa!!!!!!

Pas di berita, ketentuannya gak sama dengan kenyataan. Di situ gak ada syarat kalo minimal SKS yang udah diambil adalah 110, tapi "Mahasiswa Semester VI (enam) ke atas, dibuktikan dengan KRS dan Rekap hasil studi". Logikanya kalo semester 6, SKS yang udah direcord ya cuma sampai semester 5 doank. Itupun gak ada yang udah nyampe 110, emangnya tiap semester kita ambil full (24) SKS???????????????? SILLY

Liat aja, besok pasti udah heboh di kampus. Guys, it's sooooo annoying. Arrgggggghhhhhhhhhhhhhhhh

Sabtu, 25 April 2009

Berjuta Bahasa Cinta


Dulu semasa masih keranjingan chatting di salah satu chatroom mig33, ada salah satu chatter bertanya kaya’ gini, “What is the best language in the world?” Chatters lain menjawab kalo bahasa yang paling bagus adalah bahasa negara asal mereka masing-masing. Yang dari India jawab bahasa india, yang dari Inggris jawab bahasa inggris, yang dari Tunisia jawab bahasa arab, bahasa inilah, itulah, bla bla bla lah and so on (yang dari Indonesia abstain hehe).

Ngomong-ngomong tentang bahasa terbaik, sebenernya gak ada bahasa yang paling baik di dunia. Menurut ilmu yang pernah didapet pas kuliah Introduction to Linguistics, tiap bahasa itu punya tingkat kerumitannya masing-masing. Gak ada bahasa yang paling simple ato paliiiiiing rumit. Bahkan bahasa yang dipakai masyarakat pedalaman nan jauh disana juga rumit. Tiap bahasa itu rumit euy! Jadi gak bisa tuh suatu negara mengklaim kalo bahasanya the best sedunia.

Sampai kemudian seorang teman yang dari Prancis menjawab kalo bahasa yang paling bagus dan indah adalah bahasa cinta. Yup, the best language is the language of love. Bahasa paling universal yang dewasa ini udah jarang orang yang nguasainnya.



Nah, bahasa cinta bisa macam-macam wujudnya. Cuman identiknya, kalimat I love you” itu diucapkan sepasang kekasih yang lagi kasmaran. Eiiits! Padahal sama ibu juga bisa bilang “I love you” kan? Ma adek, kakak, saudara kita?

Kalo gak salah, dalam tulisan Gus Mus yang pernah dimuat di Jawa Pos, bangsa ini udah lupa ma yang namanya cinta. Lihat aja, kekerasan dimana-mana dan hampir semua hal ujung-ujungnya violence. Itu salah satu bukti kalo rasa cinta antar umat manusia udah mulai terkikis di negeri ini.

Jadi kembali ke language of love tadi. Mudah-mudahan gak akan susah mempelajarinya. Kuncinya yang pertama yaitu buka mata. Cobalah lihat dunia dengan berbagai sudut pandang yang berbeda. Bahwa tiap hal itu memiliki detail yang sering tidak kita sadari. Yang kedua, buka hati. Jadilah orang yang peka terhadap sesama, terhadap sekitar dan apapun yang ada di sekeliling kita.

Nah setelah kunci kita dapet, sama seperti tahapan seseorang menguasai bahasa, skill yang pertama harus kita latih adalah listening. Belajar mendengarkan orang lain, dengan begitu kita akan mengambil hikmah dari perkataan orang lain. Jadi pendengar yang baik itu susah lho…Walopun, mungkin gak semua hal enak didengar, jangan tutup telinga, misalnya kritik. Padahal itu bisa menjadi multivitamin super pahit yang bikin “sehat” hidup kita nantinya.

Skill selanjutnya yaitu speaking, katakanlah yang baik-baik. Ungkapkanlah rasa sayang pada orang-orang yang di sekitar kita. Katakanlah dengan lisan and buktikan dengan tindakan. Jadi inget advice yang luar biasa dari salahsatu guru di SMA yang bunyinya seperti ini: “More acts and less talk are good, but more acts and more talks are better.

Kemudian, reading: banyak kisah tentang cinta yang bisa kita baca, pahami and finally ambil moral message-nya. Yang terakhir adalah writing, tulis apa saja yang telah dipelajari. Coz manusia itu tempatnya salah dan lupa hehe…

So, di Berjuta Bahasa Cinta, akan ada kisah, baik kisah pribadi atau orang lain yang dikumpulkan langsung dari narasumber maupun mengutip dari buku. Berbagai bahasa cinta yang sungguh luar biasa hikmahnya akan ada disini sebagai pengingat kalo cinta itu masih ada… dalam jutaan dimensi yang berbeda-beda.

Jumat, 24 April 2009

The Assassination of Purity




Rama, yang telah berjuang mendapatkan kembali Sinta dari Rahwana, kini mempertanyakan kesucian istrinya yang telah lama tinggal di Alengka itu. Tersinggung karena pernyataan suaminya, Sinta mengancam untuk membakar dirinya di depan rakyat Ayodya. Ia memperingatkan Rama bahwa jika asap yang keluar nantinya berbau harum berarti dirinya tidak seperti yang Rama tuduhkan. Ternyata benar, sesaat setelah Sinta terjun ke api suci, terciumlah bau yang harum. Rama menyesali keraguannya terhadap istrinya. Akan tetapi, semua telah terlambat

Adegan tersebut adalah bagian dari pementasan darma berjudul “Ramayana: the Assassination of Purity” yang diselenggarakan di UNNES beberapa waktu lalu. Uniknya, meski para pemain berbusana ala wayang orang, dialog yang digunakan adalah bahasa Inggris. Hal ini tak lain karena pentas tersebut diselenggarakan oleh mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris semester lima Universitas Negeri Semarang (UNNES) sebagai ujian mata kuliah Drama. Selain Ramayana, judul lain yang ditampilkan antara lain “Peterpan”, “Jaka Tarub and the Rice Cooker”, “Anastasia’s Love Story”, “Under Banana Tree I’m in Love”, dan “The Love Story of Lumut Kingdom”. Didukung oleh setting panggung dan lighting yang apik, pementasan yang diselenggarakan di gedung B6 FBS yang berkapasitas 500 orang itu dipenuhi oleh penonton, baik para mahasiswa dan dosen dari UNNES maupun universitas lain, bahkan masyarakat umum juga ikut menyaksikan.



Fuad, selaku Project Manager acara mengaku puas dengan hasil yang dicapai. Ia juga menyatakan kebanggaanya terhadap antusiasme penonton yang tinggi meskipun pertunjukan diselenggarakan di malam hari. Kesan akulturasi yang merupakan tema pementasan kali ini memang sangat terasa, seperti gamelan dan musik-musik barat yang digunakan, kostum dan sebagainya yang menurut Fuad adalah kunci untuk memikat penonton.

“Walaupun kita sehari-hari mempelajari bahasa Inggris yang merupakan bahasa asing, kita masih bisa mengangkat budaya lokal, contohnya ya cerita pewayangan ini. Meski harus mix antara budaya barat dan Jawa, misalnya.”

Fuad juga berharap bahwa pertunjukan semacam ini diselenggarakan di universitas lain dan dipublikasikan secara luas. “Ternyata minat anak muda terhadap pertunjukan semacam ini cukup tinggi juga, hanya sayang terkadang mereka tidak tahu” lanjut Fuad. (Zee/010109)


Kamis, 23 April 2009

Musik Bagai Nafas Kita

Musik bagai nafas kita, diakui atau gak. Sekarang coba deh bayangin, gimana rasanya dunia ini tanpa musik? Sunyi, hampa, kosong. Bahkan apapun yang bersuara bisa kita sebut musik. Ya, ia juga ikut mewarnai dunia dengan memanjakan indera telinga kita.

Ngomong-ngomong soal musik, berapa lagu ya yang udah kita dengar seumur hidup? Ratusan, ribuan? Lebih malah. O ya, dan menurutku tiap lagu tu punya memori sendiri-sendiri. Ada taste, rasa di tiap alunannya dan liriknya. Ada kenangan yang tersimpan di dalamnya. Coba, pernah gak dengerin satu lagu trus kita jadi ingat peristiwa tertentu atau masa tertentu? Iya kan?

Seolah-olah lagu-lagu itu adalah album rahasia kita. Ketika mendengarnya bakal bikin kita menangis, tertawa, tersenyum, yah nostalgia gitu lah.

Chatting, Chatting, Chatting. Mau, Mau, Mau?

Situs pertemanan seperti friendster, facebook dan sejenisnya serta aplikasi chatting bukanlah barang asing bagi masyarakat dewasa ini, terlebih generasi mudanya. Semakin canggihnya teknologi, semakin memudahkan kita memperluas pergaulan melalui sarana yang bernama internet. Akan tetapi, jika dicermati lebih lanjut, benarkah situs-situs semacam itu sama sekali tak berbahaya?

Sebuah artikel berjudul “Maniak Facebook, Rentan Kanker-Stroke”(Jawa Pos, 20 Februari 2009) mengenai hasil riset pakar dari Inggris menyatakan bahwa pengguna, terlebih pecandu jaringan pertemanan di dunia maya dapat meningkatkan risiko gangguan kesehatan seperti kanker, stroke, penyakit jantung, dan lain lain. Hal ini disebabkan kebiasaan bergaul via situs berpotensi mengurangi sosialisasi antar manusia di dunia nyata yang berdampak pada sisi-sisi biologis manusia. Di antaranya, mengubah alur kerja gen, menghambat respons sistem imun, dan fungsi arteri serta mememengaruhi kondisi mental.

Fakta yang bikin surprised ini tentu perlu menjadi perhatian pengguna, terutama remaja kita yang doyan banget “ber-FS” ria dan berteman di dunia cyber. Gak percaya? Coba tanyakan siswa-siswa bangku sekolah menengah. Dijamin, mereka sudah sangat familiar dengan istilah friendster, facebook, YM (Yahoo Messenger), M-xit, dan lain-lain. Bahkan ada anggapan bahwa mereka akan diangggap ketinggalan, gak gaul dsb kalo tidak memilki account di salah satunya.

Well, dari satu sisi memang internet dapat memfasilitasi kita dalam memperkaya pengetahuan dan memperluas pergaulan. Namun di sisi lain, penggunaan media-media elektronik (termasuk e-mail dan sms) untuk berkomunikasi dengan sesama mengurangi makna penting komunikasi itu sendiri. Parahnya, seseorang bisa menjadi kurang peka terhadap lingkungan sekitar. Nah, hendaknya kita bijak dalam memanfaatkan teknologi dan waktu luang. Karena jika tidak hati-hati dalam menggunakannya, bukan tidak mungkin keduanya bisa menjadi bumerang bagi diri kita sendiri. Menguasai teknologi itu penting, asal jangan sampai kita yang dikuasai teknologi. Don’t waste your time, or time will waste you. (Smg/240209)



(This article is specially dedicated for my sis “MU” and other teenagers yang tukang FS-an)

Rabu, 22 April 2009

Hari Katini & Batik


Sejak kuliah di UNNES, baru kali ini hari Kartini meninggalkan kesan yang luar biasa. Pas hari itu seluruh mahasiswa jurusan bahasa inggris dihimbau buat make batik, hehe… Jadilah Batik Day dicanangkan. Ada beberapa yang gak pake, dengan alasan ada yang ketinggalan informasi ato emang gak punya batik. Tapi swear, hari itu B3 (Gedung jurusan bahasa inggris UNNES) kliatan semarak ma warna-warni batik. Aku sendiri pake batikku yang warna biru, satu-satunya batik yang kupunya. Kasian…

Bahkan dosenku sendiri agak “getun” (nyesel) coz gak tau kalo hari itu mahasiswa banyak yang make batik. Beliau pengen kompakan gitu ceritanya. Nah, English Students Association (ESA) juga ngadain acara kecil-kecilan di B3 Park pada hari Kartini itu. Ada aksi treatikal, D’Soul Perfomance (paduan suara jurusan), pembacaan puisi oleh dosen perempuan (Bu Rini yang kebetulan juga dosen waliku), and yang keren: ada semacam award. Award pertama buat Dosen Kartini favorit mahasiswa yang jatuh pada Bu Wuli (wow, dosen GMD kita. She is very calm.), yang kedua Wonder Woman Award (gak tau apa maksud tepatnya, mungkin wanita perkasa kali ya?) yang diberikan ke Ibu Mujiatun, petugas cleaning service di jurusan kita. Sambutan bliau dalam bahasa jawa bener-bener bikin mahasiswa touched, kita baru sadar kalo banyak orang yang sangat berjasa namun luput dari mata kita. Thanks a lot for your dedication, Ma’am

Last, ada penghargaan buat dosen asing perempuan. Wah, pokoknya kemarin asik banget. Tapi sayang, koq baru ngadain di saat-saat menjelang kita mo lulus si…????

Anyway, I really love that day. Guys, semangat hari Kartini jangan cukup ampe situ aja yaa….!

Sabtu, 18 April 2009

Marine Bridge


Bagi yang doyan outbond pasti gak asing dengan wahana yang satu ini. Yup, itu dia “Marine Bridge”, yaitu jembatan gantung, yang terbuat dari semacam tali tambang yang disambung dengan cara disimpul. Jembatan ini menghubungkan satu lembah ke yang lembah lain. Dan ingat, di bawahnya itu jurang. Tugasnya ya musti nyeberangin jembatan tadi hingga ke ujung. Kelihatannya sih gampang. Namun, inilah secuil pengalaman berkesan pas ikut main marine bridge (bareng anak-anak Ramayana Inc.) pertama kali…

So, satu kelompok terdiri dari empat orang yang musti berjalan satu per satu dengan berpegangan pada tali di atasnya. Tiap beberapa meter, ada titik aman berupa bambu melintang yang sebenarnya merupakan rangka jembatan tadi. Kalo gak salah si, ada lima titik aman di marine bridge yang ini. Walau udah dikasi pengaman, tetap aja deg-degan.

Nah, kebetulan dapat urutan terakhir yang berarti musti nunggu temen-temen yang di depan jalan duluan. Hehe, ternyata bener juga slogan “Don’t judge a book from its cover”. Aku yang tadinya menyepelekan karena kelihatannya permainan ini gampang banget (tinggal nyeberang jembatan apa susahnya?), ternyata down juga pas udah dapat giliran jalan. Keseimbangan tubuh, keberanian, serta kecerdasan benar-benar diuji. Sampai di tengah, ketakutan saya mulai muncul. Berbagai pikiran negatif kaya', “Jangan-jangan ntar terperosok”, “Jangan-jangan nanti tali pengamannya putus”, Jangan-jangan simpulnya lepas” dan “Jangan-jangan” lain yang membuat minder setengah mati. Gak yakin banget kalo aku bakal sanggup melanjutkan permainan. Rasanya pengen banget balik lagi dan gak jadi main. Tapi kepalang basah, ya sudah njebur sekalian. Tiga temenku di depan sudah tampak benar-benar kecapekan dan berjalan sangat lambat. Padahal aku pengen cepet-cepet sampai di ujung jembatan. Menyelesaikan semuanya.

Voilà! Dengan perjuangan semaksimal mungkin dan dalam waktu yang lumayan lama, akhirnya kita sekelompok berhasil menyelesaikan “tantangan” itu . Sekarang giliran kelompok lain. Dan coba tebak? Salah seorang teman yang sudah jalan beberapa meter, akhirnya balik kucing karena bener-bener ketakutan. Mungkin nasibku juga demikian kalo tadi memutuskan untuk balik lagi.
Nah, saat itulah tiba-tiba terlintas di benak kalo marine bridge ini ibarat miniatur ujian di dalam hidup kita. Pernahkah Anda menghadapi masalah super berat yang menurut Anda tak kan sanggup melewatinya? Seperti itu pula posisiku tadi. Padahal, kuncinya simpel. Terlebih dahulu, tanamkan dengan sungguh-sungguh bahwa kita PASTI BISA (bukan iklan lho). Bahwa ternyata, kita bisa melakukan hal yang kita pikir: tak akan mungkin bisa kita lakukan. Pikiran-pikiran kerdil yang menghasut kita untuk mundur itulah yang harus disingkirkan. Di sinilah terlihat bahwa kekuatan alam bawah sadar dapat menguasai diri kita.

Lebih jauh lagi, bagaimana style kita dalam menyelesaikan suatu persoalan. Di permainan marine bridge tadi, ada dua tipe pemain dan motivasinya. Tipe pertama adalah mereka yang terus berusaha maksimal karena ingin cepat-cepat selesai. Sedangkan, tipe kedua, yaitu mereka yang berusaha maksimal karena menikmati proses saat menyelesaikan permainan. Sayang, banyak yang tadi melewatkan pemandangan di lokasi outbond yang luar biasa indah dan hanya bisa dilihat pas lagi main di marine bridge karena saking pengennya selesai. Nah, sama halnya ketika kita menghadapi masalah, termasuk tipe mana diri kita?


Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya….."(QS. Al-Baqarah: 286)

Rabu, 15 April 2009

Biarkan ia Mengalir

One day, aku lagi jalan-jalan ma seorang teman di plasa Masjid Agung Jawa Tengah yang juga tempat favoritku pas pengen refreshing. Coz disana aku bisa dengan bebas bisa mandang langit yang luar biasa indah yang bisa bikin damai siapa aja yang ngliatnya. Selain itu ada pemandangan bukit di sana, kata temen si itu Gombel, salah satu daerah yang letaknya di Semarang bagian atas. Nah, balik ke acara jalan-jalan sama teman tadi. Kebetulan hari itu hujan sepanjang hari. Pas kita di plasa, cuma gerimis.

Tiba-tiba di puncak tangga, temenku tadi berhenti berjalan. Dia mengais-ngaiskan kakinya di tumpukan sampah di selokan pinggir tangga. Pikirku,
nih anak kurang kerjaan banget, maen air pake sampah segala. Aku tunggu ampe beberapa detik kemudian trus nanya, “Ngapain si?” Temanku njawab singkat, “Biar airnya ngalir.”

Aku terus ngamatin tu anak yang lagi nyingkirin sampah-sampah tadi keluar selokan. Dan memang benar, air di puncak tangga yang tadinya menggenangi plasa mulai mengalir melalui selokan. Melihat aku yang lagi bengong, dia bilang “Kalo bisa melakukan hal yang kecil, kenapa gak dilakukan?” Dan begitu seterusnya, ia melakukan hal yang sama ketika menemukan tumpukan sampah di selokan di tangga plasa. Padahal sepatunya bersih. “Apa gak
eman-eman sepatunya ya?” tanyaku iseng dalam hati.

Namun kejadian di masjid tadi terus mengganggu pikiranku sepulang dari sana. Hal kecil macam itu menggunggah ku yang memang hobi mengait-ngaitkan segala hal di sekitar dengan maknanya di dalam kehidupan. Dan inilah hasil perenungan (sementara).

Sampah tadi ialah ibarat berbagai masalah yang ada di dalam kehidupan. Katakanlah itu ujian dalam hidup. Kadang karena masalah-masalah tersebut stuck di satu titik, akhirnya sikap positif kita dalam melihat segala sesuatu ikut berhenti . Sama seperti air yang enggan mengalir karena terhalang sampah. Hal kecil yang dilakukan teman saya tadi adalah cara ia menyingkirkan masalah tersebut. Simpel sekali. Hanya dengan menyingkirkannya ke pinggir, airnya langsung mengalir lancar! Jadi, ketika masalah datang, kita hanya perlu memandangnya sebagai sesuatu yang PASTI bisa kita selesaikan. Bahwa masalah duniawi hanyalah remeh temeh yang sebenarnya tak perlu membuat kita frustasi. Jangan karena ada masalah, hidup kita seakan-akan menjadi sebuah penderitaan panjang tanpa henti. Kitalah yang mengendalikan masalah, bukan kita yang dikendalikan masalah. Biarkan aspek kehidupan yang lain mengalir. Sekarang, sudah siapkah kita untuk mengalirkan aliran air yang terhenti dalam hidup?

Kamis, 26 Maret 2009

It's All about Mental Disturbance


Tau iridiologi gak? Itu lho salahsatu cara buat ngedeteksi gangguan kesehatan tubuh kita lewat iris mata (penjelasan simplenya kaya'gitu lah). Nah, di suatu hari yang cerah di semester 5, pas kuliah PKn di fakultas MIPA yang akhirnya kosong coz MIPA lagi punya gawe gitu. So, temen-temen mutusin buat jalan-jalan liat bazar disana. Ada salahsatu stan iridiologi yang bikin kita interested (soalnya murah haha). Jadilah kita mendaftar dan ngantri buat di"periksa". Peminatnya banyak juga lho! Kita yang dateng jam 8 aja baru dapet giliran menedekati jam 12 siang.

Finally, namaku dipanggil juga. Pertama-tama mata kita difoto ma kamera digital yang udah disambungin ma komputer. Ketika gambar mata kita udah masuk ke komputer, kemudian di zoom pake suatu software khusus trus di tandai bagian mana yang ada semacam bintik hitamnya. Jadi tu ya, ada semacam peta khusus di mata kita yang mengindikasikan kondisi bagian tubuh tertentu. And.... ternyata eh ternyata sodara-sodara! Berikut inilah gangguan kesehatan yang "terdeteksi" :

1. Syaraf (yang ini terbukti akhir-akhir ini. Gejalanya kalo bangun, berdiri ato nglakuin gerakan yang tiba-tiba, kepala rasanya sakit banget. Macem kena gempa gitu disertai mual. Kalo ngrasain gejala-gejala tadi harap ati-ati coz berhubungan ma saraf keseimbangan)
2. Panca indera (kata masnya si jadi kurang peka ato gimana. Kalo dipikir-pikir iya juga si, akhir-akhir ini koq ngerasa agak budeg gitu)
3. Tyroid
4. Semangat hidup kurang (Wuehehehe tau aja :-P)
5. Gangguan mental(???????!!!!!!!)

Buat yang terakhir itu bikin agak bingung juga. Kata petugasnya si gara-gara stress ato gimana. Tapi yah, emang semester lalu tu bener-bener bikin mad. Parahnya, hasil yang terakhir tadi terendus ma temen-temen laen yang ikut iridiologi. Tapi kaya'nya mereka koq happy punya temen "gila"... (?!)

Sorenya, kita ada kuliah Translation dimana (kebetulan) salahs atu text mbahas tentang mental disturbance yang terjadi pada anak-anak. Maka lekatlah sebutan "Mental Disturbance" itu pada seorang Ida Fauziyah and temen-temen enjoy banget dapet kosakata baru itu. Blom lulus sarjana udah dapet gelar baru : Ida Fauziyah, M.D.


Note: M.D. stands for Mental Disturbance

Minggu, 08 Maret 2009

Obat itu Bernama Sakit, Kecewa, dan Kehilangan

Hampir tiap manusia pernah mengalami sakit

Hampir tiap manusia pernah merasa kecewa

Hampir tiap manusia pernah kehilangan


Ketiga hal yang dialami hampir tiap manusia dalam hidupnya tersebut biasanya berujung pada rasa sedih, stres, marah atau takut. Akan tetapi, jika kita mau renungkan sejenak, terdapat hikmah yang luar biasa di balik ketiganya. Sakit, kekecewaan dan kehilangan ialah ibarat pil pahit yang harus diminum untuk mengobati seorang pasien. Bedanya, ketiga hal ini akan membuat kita menjadi lebih bijak di dalam menjalani kehidupan, sama seperti tujuan belajar sejarah.

Rasa sakit akan membuat kita sadar bahwa kesehatan merupakan rizqi dari Allah SWT yang patut kita syukuri. Dewasa ini, karena padatnya aktivitas dan rutinitas, banyak orang sering melupakan pentingnya menjaga kondisi tubuh. Akibatnya, sakit pun tak terhindarkan. Mungkin ada benarnya juga slogan “Di dalam tubuh yang sehat, terdapat jiwa yang kuat”. Walaupun bukan faktor yang paling utama, kesehatan akan menunjang segala kegiatan yang kita lakukan. Begitu juga sebaliknya. Oleh karena itu, jika pernah mengalami sakit sekali, maka kita akan lebih bijak dan berhati-hati dalam menjaga kesehatan.
Next, kecewa karena kegagalan? Tentu beberapa dari kita pernah mengalaminya. Yang perlu kita perhatikan bukan pada kegagalan yang telah terjadi, tetapi pada apa yang akan kita lakukan setelah gagal. Haruskah disesali atau justru menjadi cambuk agar kegagalan yang sama tak akan terulang di masa mendatang?

Bentuk kekecewaan yang lain misalnya terluka karena perkataan atau sikap orang lain. Ada yang bilang luka di tubuh bisa cepat sembuh, tetapi luka di hati lebih lama sembuh. Tak perlulah kita berlarut-larut ketika merasa kecewa sebab justru kekecewaan mengajarkan kita untuk menjadi pemaaf. Intinya, perlakukanlah orang lain sebagaimana kita ingin diperlakukan. Ada baiknya kita mengevaluasi diri sendiri: sudahkah bijak dalam berucap dan bersikap kepada orang lain?

Last but not least, kehilangan mengingatkan kita bahwa apa yang kita miliki sebenarnya hanyalah titipan yang sewaktu-waktu akan kembali kepada Sang Khaliq. Karenanya kita belajar bijak dengan tidak bangga berlebihan atas apa yang kita punya. Berbuatlah yang terbaik untuk orang-orang di sekeliling kita karena kita tak pernah tahu sampai kapan mereka atau kita masih ada di dunia.

“Sesungguhnya di samping kesukaran ada kemudahan” (QS. Al Insyirah:6)

Nah, selalu ada hikmah di balik segala sesuatu, walau itu merupakan hal yang menyakitkan sekalipun. Hanya saja, terkadang kita terlalu mendramatisir keadaan. Ingatlah bahwa sesuatu yang kecil akan terasa berat jika kita menganggapnya sebagai beban, tetapi sesuatu yang berat akan terasa ringan jika dinikmati. Mengutip kalimat Albert Einsten yang berkata bahwa hidup ini seperti naik sepeda. Supaya terjaga keseimbangan, Anda harus terus berjalan. Life must go on. Laa tahzan, innallaaha ma’anaa…

Renungan Dua Puluh



Dua puluh tahun yang lalu ia lahir ke dunia


Dua dasawarsa ia diberi kesempatan melihat silaunya matahari di atas bumi yang kian teraniaya


Dua puluh tahun jantungnya telah berdetak dalam hitungan yang bahkan tak kan sanggunp ia memikirkanya


Dua puluh tahun mata ini melihat alam semesta, yang seringnya membuat decak kagum, membuat diri ini kecil di hadapanNya


Dua puluh tahun mulutnya telah mengucapkan banyak kata, frasa, dan kalimat yang entah seperti apa bentuknya


Dua puluh tahun otaknya bekerja mencari arti hidup, mengingat tujuan hidup semula karena pada hakikatnya ia lupa akan janjinya


Dua puluh tahun telah ia dengar dengan telinga, macam-macam lagu kehidupan


Dua puluh tahun tubuhnya mencerna, tumbuh tapi kondisinya kian rapuh karena keegoisan pemakainya


Dua puluh tahun telah ia kunjungi dengan kakinya tempat-tempat yang istimewa. Masih ingin ia menginjakkan kaki di belahan bumi lainnya


Dua puluh tahun mengalami semua kata sifat(adjectives). Senang, sedih, marah, susah, bahagia, sakit, kecewa, pintar, bodoh, lapar, haus, kurus, gemuk, jelek, cantik, gila, dst


Dua puluh tahun ia jatuh dan bangkit, seterusnya


Dua puluh tahun bersama orang-orang yang kini tak lagi utuh secara fisik karena sebagian dari mereka telah kembali ke Sang Pemilik


Dua puluh tahun lamanya ia belajar memaknai kehilangan dan anugerah. Karena keduanya merupakan hal-hal yang memiliki hikmah luar biasa

Dua puluh tahun ini entah berapa galon airmata yang tumpah, baik karena kebahagiaan maupun kesedihan


Dua puluh tahun lamanya bertemu berbagai macam makhluk ciptaanNya, berkawan dengan mereka, terkadang terluka juga


Dua puluh tahun diri ini meninggalkan jejak di hati orang-orang yang mengenalnya. Entah itu jejak yang tercetak jelas ataupun samar-samar. Tak jelas pula apakah jejak itu bermanfaat atau justru menyakiti?


Dua puluh hati ini terpakai, ibarat pisau yang bisa mengancam jika pemiliknya tak hati-hati memakainya


Dua puluh tahun ia mencari jati diri, berusaha menciptakan suatu karya nyata dalam hidupnya


Dua puluh tahun diizinkan bernafas, selama itu pula telah jauh dariNya


Dua puluh tahun tangan ini menengadah, hati ini gerimis, berharap Ia kan s’lalu Memberikan ridhoNya di tiap nafas, tiap langkah, tiap waktu yang masih tersisa…