Kamis, 30 April 2009

Kupu-kupu

Pernahkah mengamati kupu-kupu? Ia hanya bisa melihat keindahan sayap teman-temannya. Sedangkan ia sendiri mungkin memiliki sayap yang lebih indah. Namun tak ia sadari. Begitu pula manusia dalam melihat kelebihan dirinya. Terkadang yang ada di pikiran seseorang adalah "Wah, dia si enak. Punya ini, punya itu.", atau kasus lain yaitu seseorang minder karena merasa bahwa ia tak punya satu hal pun yang bisa dibanggakan. Sama seperti kupu-kupu tadi yang tak bisa melihat sayap miliknya sendiri. Maka, yang nampak hanya apa-apa yang ada di hadapannya.

Yakinlah, sahabat... jika diri kita pasti memiliki potensi yang tersembunyi. Tugas kitalah untuk mencarinya. Bahkan jangka waktunya cukup panjang. Yakni, seumur hidup kita. Mau tau caranya agar seekor kupu-kupu bisa melihat sayapnya? Sederhana sebenarnya. Ia tinggal pergi mencari permukaan air, untuk berkaca, agar ia bisa melihat seindah apa sayap yang dimiliki. Manusia pun bisa "berkaca", kan? Tapi yang perlu digarisbawahi, seindah dan sehebat apapun kelebihan diri kita, semua itu hanyalah titipan semata...

Meninggal Kehausan karena Lebih Mengutamakan Saudaranya*

Abu Jahm bin Hudzifah r.a. berkata, “Ketika berlangsung perang Yarmuk, aku mencari sepupuku yang ikut bertempur. Aku membawa sebuah kantung air,karena mungkin ia kehausan. Ketika aku menemukannya, ia tergeletak di suatu tempat dalam keadaan sekarat. Aku berkata, “Aku minumkan air untukmu!” Dengan isyarat ia mengiyakan. Tiba-tiba terdengar rintihan seseorang yang sekarat. Sepupuku menyuruhku dengan isyarat agar memberikan minuman itu kepada orang yang merintih. Ternyata orang itu adalah Hisyam bil Abil ‘Ash. Ketika aku mendatanginya, di dekatnya juga tergeletak seseorang yang merintih sedang sekarat. Hisyam memberikan isayarat kepadaku agar aku mendekati orang itu. Ketika kudekati, ternyata ia telah syahid. Akhirnya aku bawa kembali air itu kepada Hisyam, ternyata ia telah syahid. Aku segera ke tempat sepupuku tadi, rupanya ia juga telah syahid. Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun.” (Dirayah)


Message: Sangat banyak kisah mengenai sifat itsar para sahabat yang tertulis dalam kitab-kitab hadits. Walaupun dirinya sendiri sedang dalam sekarat dan kehausan sehingga dalam keadaan seperti itu tentu sangat sulit untuk memperhatikan orang lain, ia tetap mendahulukan kepentingan orang lain yang juga berada dalam kesulitan. Allah tentu melimpahkan kasih sayang dan kemuliaan kepada mereka, karena kasih sayang mereka dicurahkan dengan mengorbankan nyawa mereka sendiri.


*diambil dari “Kisah Teladan Rasulullah SAW dan Para Sahabat r.a.” oleh Maulana Muhammad Zakariyya (2006)

Rabu, 29 April 2009

Really Hectic Study

Wooaaaaa!!

Gak nyadar, ternyata udah hampir mendekati ajal (?!). Hehehe, maksudnya kelulusan. So, target semester ini proposal skripsi musti udah goal. Liburan ikut KKN. Semester depan PPL and nyelesain skripsi. Kalo bisa si awal taon depan bisa ikut wisuda. Hhhhhhhh, musti maraton ni...!

Senin, 27 April 2009

KKN yang Aneeeeeeeeh

Keanehan:

1. Info mendadak, hanya beberapa hari sebelum pendaftaran.
2. Waktu pendaftaran online nd pengembalian formulir gak logis.
3. Tenggat waktu pembayaran sangat pendek.
4. Sosialisasi kurang.
5. Mau daftar aja gak bisa!!!!!!

Pas di berita, ketentuannya gak sama dengan kenyataan. Di situ gak ada syarat kalo minimal SKS yang udah diambil adalah 110, tapi "Mahasiswa Semester VI (enam) ke atas, dibuktikan dengan KRS dan Rekap hasil studi". Logikanya kalo semester 6, SKS yang udah direcord ya cuma sampai semester 5 doank. Itupun gak ada yang udah nyampe 110, emangnya tiap semester kita ambil full (24) SKS???????????????? SILLY

Liat aja, besok pasti udah heboh di kampus. Guys, it's sooooo annoying. Arrgggggghhhhhhhhhhhhhhhh

Sabtu, 25 April 2009

Berjuta Bahasa Cinta


Dulu semasa masih keranjingan chatting di salah satu chatroom mig33, ada salah satu chatter bertanya kaya’ gini, “What is the best language in the world?” Chatters lain menjawab kalo bahasa yang paling bagus adalah bahasa negara asal mereka masing-masing. Yang dari India jawab bahasa india, yang dari Inggris jawab bahasa inggris, yang dari Tunisia jawab bahasa arab, bahasa inilah, itulah, bla bla bla lah and so on (yang dari Indonesia abstain hehe).

Ngomong-ngomong tentang bahasa terbaik, sebenernya gak ada bahasa yang paling baik di dunia. Menurut ilmu yang pernah didapet pas kuliah Introduction to Linguistics, tiap bahasa itu punya tingkat kerumitannya masing-masing. Gak ada bahasa yang paling simple ato paliiiiiing rumit. Bahkan bahasa yang dipakai masyarakat pedalaman nan jauh disana juga rumit. Tiap bahasa itu rumit euy! Jadi gak bisa tuh suatu negara mengklaim kalo bahasanya the best sedunia.

Sampai kemudian seorang teman yang dari Prancis menjawab kalo bahasa yang paling bagus dan indah adalah bahasa cinta. Yup, the best language is the language of love. Bahasa paling universal yang dewasa ini udah jarang orang yang nguasainnya.



Nah, bahasa cinta bisa macam-macam wujudnya. Cuman identiknya, kalimat I love you” itu diucapkan sepasang kekasih yang lagi kasmaran. Eiiits! Padahal sama ibu juga bisa bilang “I love you” kan? Ma adek, kakak, saudara kita?

Kalo gak salah, dalam tulisan Gus Mus yang pernah dimuat di Jawa Pos, bangsa ini udah lupa ma yang namanya cinta. Lihat aja, kekerasan dimana-mana dan hampir semua hal ujung-ujungnya violence. Itu salah satu bukti kalo rasa cinta antar umat manusia udah mulai terkikis di negeri ini.

Jadi kembali ke language of love tadi. Mudah-mudahan gak akan susah mempelajarinya. Kuncinya yang pertama yaitu buka mata. Cobalah lihat dunia dengan berbagai sudut pandang yang berbeda. Bahwa tiap hal itu memiliki detail yang sering tidak kita sadari. Yang kedua, buka hati. Jadilah orang yang peka terhadap sesama, terhadap sekitar dan apapun yang ada di sekeliling kita.

Nah setelah kunci kita dapet, sama seperti tahapan seseorang menguasai bahasa, skill yang pertama harus kita latih adalah listening. Belajar mendengarkan orang lain, dengan begitu kita akan mengambil hikmah dari perkataan orang lain. Jadi pendengar yang baik itu susah lho…Walopun, mungkin gak semua hal enak didengar, jangan tutup telinga, misalnya kritik. Padahal itu bisa menjadi multivitamin super pahit yang bikin “sehat” hidup kita nantinya.

Skill selanjutnya yaitu speaking, katakanlah yang baik-baik. Ungkapkanlah rasa sayang pada orang-orang yang di sekitar kita. Katakanlah dengan lisan and buktikan dengan tindakan. Jadi inget advice yang luar biasa dari salahsatu guru di SMA yang bunyinya seperti ini: “More acts and less talk are good, but more acts and more talks are better.

Kemudian, reading: banyak kisah tentang cinta yang bisa kita baca, pahami and finally ambil moral message-nya. Yang terakhir adalah writing, tulis apa saja yang telah dipelajari. Coz manusia itu tempatnya salah dan lupa hehe…

So, di Berjuta Bahasa Cinta, akan ada kisah, baik kisah pribadi atau orang lain yang dikumpulkan langsung dari narasumber maupun mengutip dari buku. Berbagai bahasa cinta yang sungguh luar biasa hikmahnya akan ada disini sebagai pengingat kalo cinta itu masih ada… dalam jutaan dimensi yang berbeda-beda.

Jumat, 24 April 2009

The Assassination of Purity




Rama, yang telah berjuang mendapatkan kembali Sinta dari Rahwana, kini mempertanyakan kesucian istrinya yang telah lama tinggal di Alengka itu. Tersinggung karena pernyataan suaminya, Sinta mengancam untuk membakar dirinya di depan rakyat Ayodya. Ia memperingatkan Rama bahwa jika asap yang keluar nantinya berbau harum berarti dirinya tidak seperti yang Rama tuduhkan. Ternyata benar, sesaat setelah Sinta terjun ke api suci, terciumlah bau yang harum. Rama menyesali keraguannya terhadap istrinya. Akan tetapi, semua telah terlambat

Adegan tersebut adalah bagian dari pementasan darma berjudul “Ramayana: the Assassination of Purity” yang diselenggarakan di UNNES beberapa waktu lalu. Uniknya, meski para pemain berbusana ala wayang orang, dialog yang digunakan adalah bahasa Inggris. Hal ini tak lain karena pentas tersebut diselenggarakan oleh mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris semester lima Universitas Negeri Semarang (UNNES) sebagai ujian mata kuliah Drama. Selain Ramayana, judul lain yang ditampilkan antara lain “Peterpan”, “Jaka Tarub and the Rice Cooker”, “Anastasia’s Love Story”, “Under Banana Tree I’m in Love”, dan “The Love Story of Lumut Kingdom”. Didukung oleh setting panggung dan lighting yang apik, pementasan yang diselenggarakan di gedung B6 FBS yang berkapasitas 500 orang itu dipenuhi oleh penonton, baik para mahasiswa dan dosen dari UNNES maupun universitas lain, bahkan masyarakat umum juga ikut menyaksikan.



Fuad, selaku Project Manager acara mengaku puas dengan hasil yang dicapai. Ia juga menyatakan kebanggaanya terhadap antusiasme penonton yang tinggi meskipun pertunjukan diselenggarakan di malam hari. Kesan akulturasi yang merupakan tema pementasan kali ini memang sangat terasa, seperti gamelan dan musik-musik barat yang digunakan, kostum dan sebagainya yang menurut Fuad adalah kunci untuk memikat penonton.

“Walaupun kita sehari-hari mempelajari bahasa Inggris yang merupakan bahasa asing, kita masih bisa mengangkat budaya lokal, contohnya ya cerita pewayangan ini. Meski harus mix antara budaya barat dan Jawa, misalnya.”

Fuad juga berharap bahwa pertunjukan semacam ini diselenggarakan di universitas lain dan dipublikasikan secara luas. “Ternyata minat anak muda terhadap pertunjukan semacam ini cukup tinggi juga, hanya sayang terkadang mereka tidak tahu” lanjut Fuad. (Zee/010109)


Kamis, 23 April 2009

Musik Bagai Nafas Kita

Musik bagai nafas kita, diakui atau gak. Sekarang coba deh bayangin, gimana rasanya dunia ini tanpa musik? Sunyi, hampa, kosong. Bahkan apapun yang bersuara bisa kita sebut musik. Ya, ia juga ikut mewarnai dunia dengan memanjakan indera telinga kita.

Ngomong-ngomong soal musik, berapa lagu ya yang udah kita dengar seumur hidup? Ratusan, ribuan? Lebih malah. O ya, dan menurutku tiap lagu tu punya memori sendiri-sendiri. Ada taste, rasa di tiap alunannya dan liriknya. Ada kenangan yang tersimpan di dalamnya. Coba, pernah gak dengerin satu lagu trus kita jadi ingat peristiwa tertentu atau masa tertentu? Iya kan?

Seolah-olah lagu-lagu itu adalah album rahasia kita. Ketika mendengarnya bakal bikin kita menangis, tertawa, tersenyum, yah nostalgia gitu lah.

Chatting, Chatting, Chatting. Mau, Mau, Mau?

Situs pertemanan seperti friendster, facebook dan sejenisnya serta aplikasi chatting bukanlah barang asing bagi masyarakat dewasa ini, terlebih generasi mudanya. Semakin canggihnya teknologi, semakin memudahkan kita memperluas pergaulan melalui sarana yang bernama internet. Akan tetapi, jika dicermati lebih lanjut, benarkah situs-situs semacam itu sama sekali tak berbahaya?

Sebuah artikel berjudul “Maniak Facebook, Rentan Kanker-Stroke”(Jawa Pos, 20 Februari 2009) mengenai hasil riset pakar dari Inggris menyatakan bahwa pengguna, terlebih pecandu jaringan pertemanan di dunia maya dapat meningkatkan risiko gangguan kesehatan seperti kanker, stroke, penyakit jantung, dan lain lain. Hal ini disebabkan kebiasaan bergaul via situs berpotensi mengurangi sosialisasi antar manusia di dunia nyata yang berdampak pada sisi-sisi biologis manusia. Di antaranya, mengubah alur kerja gen, menghambat respons sistem imun, dan fungsi arteri serta mememengaruhi kondisi mental.

Fakta yang bikin surprised ini tentu perlu menjadi perhatian pengguna, terutama remaja kita yang doyan banget “ber-FS” ria dan berteman di dunia cyber. Gak percaya? Coba tanyakan siswa-siswa bangku sekolah menengah. Dijamin, mereka sudah sangat familiar dengan istilah friendster, facebook, YM (Yahoo Messenger), M-xit, dan lain-lain. Bahkan ada anggapan bahwa mereka akan diangggap ketinggalan, gak gaul dsb kalo tidak memilki account di salah satunya.

Well, dari satu sisi memang internet dapat memfasilitasi kita dalam memperkaya pengetahuan dan memperluas pergaulan. Namun di sisi lain, penggunaan media-media elektronik (termasuk e-mail dan sms) untuk berkomunikasi dengan sesama mengurangi makna penting komunikasi itu sendiri. Parahnya, seseorang bisa menjadi kurang peka terhadap lingkungan sekitar. Nah, hendaknya kita bijak dalam memanfaatkan teknologi dan waktu luang. Karena jika tidak hati-hati dalam menggunakannya, bukan tidak mungkin keduanya bisa menjadi bumerang bagi diri kita sendiri. Menguasai teknologi itu penting, asal jangan sampai kita yang dikuasai teknologi. Don’t waste your time, or time will waste you. (Smg/240209)



(This article is specially dedicated for my sis “MU” and other teenagers yang tukang FS-an)

Rabu, 22 April 2009

Hari Katini & Batik


Sejak kuliah di UNNES, baru kali ini hari Kartini meninggalkan kesan yang luar biasa. Pas hari itu seluruh mahasiswa jurusan bahasa inggris dihimbau buat make batik, hehe… Jadilah Batik Day dicanangkan. Ada beberapa yang gak pake, dengan alasan ada yang ketinggalan informasi ato emang gak punya batik. Tapi swear, hari itu B3 (Gedung jurusan bahasa inggris UNNES) kliatan semarak ma warna-warni batik. Aku sendiri pake batikku yang warna biru, satu-satunya batik yang kupunya. Kasian…

Bahkan dosenku sendiri agak “getun” (nyesel) coz gak tau kalo hari itu mahasiswa banyak yang make batik. Beliau pengen kompakan gitu ceritanya. Nah, English Students Association (ESA) juga ngadain acara kecil-kecilan di B3 Park pada hari Kartini itu. Ada aksi treatikal, D’Soul Perfomance (paduan suara jurusan), pembacaan puisi oleh dosen perempuan (Bu Rini yang kebetulan juga dosen waliku), and yang keren: ada semacam award. Award pertama buat Dosen Kartini favorit mahasiswa yang jatuh pada Bu Wuli (wow, dosen GMD kita. She is very calm.), yang kedua Wonder Woman Award (gak tau apa maksud tepatnya, mungkin wanita perkasa kali ya?) yang diberikan ke Ibu Mujiatun, petugas cleaning service di jurusan kita. Sambutan bliau dalam bahasa jawa bener-bener bikin mahasiswa touched, kita baru sadar kalo banyak orang yang sangat berjasa namun luput dari mata kita. Thanks a lot for your dedication, Ma’am

Last, ada penghargaan buat dosen asing perempuan. Wah, pokoknya kemarin asik banget. Tapi sayang, koq baru ngadain di saat-saat menjelang kita mo lulus si…????

Anyway, I really love that day. Guys, semangat hari Kartini jangan cukup ampe situ aja yaa….!

Sabtu, 18 April 2009

Marine Bridge


Bagi yang doyan outbond pasti gak asing dengan wahana yang satu ini. Yup, itu dia “Marine Bridge”, yaitu jembatan gantung, yang terbuat dari semacam tali tambang yang disambung dengan cara disimpul. Jembatan ini menghubungkan satu lembah ke yang lembah lain. Dan ingat, di bawahnya itu jurang. Tugasnya ya musti nyeberangin jembatan tadi hingga ke ujung. Kelihatannya sih gampang. Namun, inilah secuil pengalaman berkesan pas ikut main marine bridge (bareng anak-anak Ramayana Inc.) pertama kali…

So, satu kelompok terdiri dari empat orang yang musti berjalan satu per satu dengan berpegangan pada tali di atasnya. Tiap beberapa meter, ada titik aman berupa bambu melintang yang sebenarnya merupakan rangka jembatan tadi. Kalo gak salah si, ada lima titik aman di marine bridge yang ini. Walau udah dikasi pengaman, tetap aja deg-degan.

Nah, kebetulan dapat urutan terakhir yang berarti musti nunggu temen-temen yang di depan jalan duluan. Hehe, ternyata bener juga slogan “Don’t judge a book from its cover”. Aku yang tadinya menyepelekan karena kelihatannya permainan ini gampang banget (tinggal nyeberang jembatan apa susahnya?), ternyata down juga pas udah dapat giliran jalan. Keseimbangan tubuh, keberanian, serta kecerdasan benar-benar diuji. Sampai di tengah, ketakutan saya mulai muncul. Berbagai pikiran negatif kaya', “Jangan-jangan ntar terperosok”, “Jangan-jangan nanti tali pengamannya putus”, Jangan-jangan simpulnya lepas” dan “Jangan-jangan” lain yang membuat minder setengah mati. Gak yakin banget kalo aku bakal sanggup melanjutkan permainan. Rasanya pengen banget balik lagi dan gak jadi main. Tapi kepalang basah, ya sudah njebur sekalian. Tiga temenku di depan sudah tampak benar-benar kecapekan dan berjalan sangat lambat. Padahal aku pengen cepet-cepet sampai di ujung jembatan. Menyelesaikan semuanya.

VoilĂ ! Dengan perjuangan semaksimal mungkin dan dalam waktu yang lumayan lama, akhirnya kita sekelompok berhasil menyelesaikan “tantangan” itu . Sekarang giliran kelompok lain. Dan coba tebak? Salah seorang teman yang sudah jalan beberapa meter, akhirnya balik kucing karena bener-bener ketakutan. Mungkin nasibku juga demikian kalo tadi memutuskan untuk balik lagi.
Nah, saat itulah tiba-tiba terlintas di benak kalo marine bridge ini ibarat miniatur ujian di dalam hidup kita. Pernahkah Anda menghadapi masalah super berat yang menurut Anda tak kan sanggup melewatinya? Seperti itu pula posisiku tadi. Padahal, kuncinya simpel. Terlebih dahulu, tanamkan dengan sungguh-sungguh bahwa kita PASTI BISA (bukan iklan lho). Bahwa ternyata, kita bisa melakukan hal yang kita pikir: tak akan mungkin bisa kita lakukan. Pikiran-pikiran kerdil yang menghasut kita untuk mundur itulah yang harus disingkirkan. Di sinilah terlihat bahwa kekuatan alam bawah sadar dapat menguasai diri kita.

Lebih jauh lagi, bagaimana style kita dalam menyelesaikan suatu persoalan. Di permainan marine bridge tadi, ada dua tipe pemain dan motivasinya. Tipe pertama adalah mereka yang terus berusaha maksimal karena ingin cepat-cepat selesai. Sedangkan, tipe kedua, yaitu mereka yang berusaha maksimal karena menikmati proses saat menyelesaikan permainan. Sayang, banyak yang tadi melewatkan pemandangan di lokasi outbond yang luar biasa indah dan hanya bisa dilihat pas lagi main di marine bridge karena saking pengennya selesai. Nah, sama halnya ketika kita menghadapi masalah, termasuk tipe mana diri kita?


Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya….."(QS. Al-Baqarah: 286)

Rabu, 15 April 2009

Biarkan ia Mengalir

One day, aku lagi jalan-jalan ma seorang teman di plasa Masjid Agung Jawa Tengah yang juga tempat favoritku pas pengen refreshing. Coz disana aku bisa dengan bebas bisa mandang langit yang luar biasa indah yang bisa bikin damai siapa aja yang ngliatnya. Selain itu ada pemandangan bukit di sana, kata temen si itu Gombel, salah satu daerah yang letaknya di Semarang bagian atas. Nah, balik ke acara jalan-jalan sama teman tadi. Kebetulan hari itu hujan sepanjang hari. Pas kita di plasa, cuma gerimis.

Tiba-tiba di puncak tangga, temenku tadi berhenti berjalan. Dia mengais-ngaiskan kakinya di tumpukan sampah di selokan pinggir tangga. Pikirku,
nih anak kurang kerjaan banget, maen air pake sampah segala. Aku tunggu ampe beberapa detik kemudian trus nanya, “Ngapain si?” Temanku njawab singkat, “Biar airnya ngalir.”

Aku terus ngamatin tu anak yang lagi nyingkirin sampah-sampah tadi keluar selokan. Dan memang benar, air di puncak tangga yang tadinya menggenangi plasa mulai mengalir melalui selokan. Melihat aku yang lagi bengong, dia bilang “Kalo bisa melakukan hal yang kecil, kenapa gak dilakukan?” Dan begitu seterusnya, ia melakukan hal yang sama ketika menemukan tumpukan sampah di selokan di tangga plasa. Padahal sepatunya bersih. “Apa gak
eman-eman sepatunya ya?” tanyaku iseng dalam hati.

Namun kejadian di masjid tadi terus mengganggu pikiranku sepulang dari sana. Hal kecil macam itu menggunggah ku yang memang hobi mengait-ngaitkan segala hal di sekitar dengan maknanya di dalam kehidupan. Dan inilah hasil perenungan (sementara).

Sampah tadi ialah ibarat berbagai masalah yang ada di dalam kehidupan. Katakanlah itu ujian dalam hidup. Kadang karena masalah-masalah tersebut stuck di satu titik, akhirnya sikap positif kita dalam melihat segala sesuatu ikut berhenti . Sama seperti air yang enggan mengalir karena terhalang sampah. Hal kecil yang dilakukan teman saya tadi adalah cara ia menyingkirkan masalah tersebut. Simpel sekali. Hanya dengan menyingkirkannya ke pinggir, airnya langsung mengalir lancar! Jadi, ketika masalah datang, kita hanya perlu memandangnya sebagai sesuatu yang PASTI bisa kita selesaikan. Bahwa masalah duniawi hanyalah remeh temeh yang sebenarnya tak perlu membuat kita frustasi. Jangan karena ada masalah, hidup kita seakan-akan menjadi sebuah penderitaan panjang tanpa henti. Kitalah yang mengendalikan masalah, bukan kita yang dikendalikan masalah. Biarkan aspek kehidupan yang lain mengalir. Sekarang, sudah siapkah kita untuk mengalirkan aliran air yang terhenti dalam hidup?