Sabtu, 13 Maret 2010

Jejak ke Dua Puluh Satu


Everyday is special”, I told my friend. Then, my friend said, “Yea, but some days are more special. Some are even disgusting.” Setuju atau gak, itu terserah bagaimana kalian memaknai satu hari baru. Bagi sebagian orang, setiap mata ini masih bisa terbuka untuk menyongsong hari baru, itu artinya satu kesempatan lagi diberikan untuk mewujudkan harapan, menyelesaikan apa yang tertunda, memperbaiki kesalahan, dan menambah bekal perjalanan dalam mengarungi kehidupan ini. Namun bagi sebagian yang lain, hari baru adalah sama saja, rutinitas yang sama, kebosanan yang menanti, flat, monoton, statis, tak ada yang berubah, everything reminds the same. Sisanya mungkin ialah perpaduan diantara dua tadi.


Ngomong-ngomong soal hari yang lebih spesial (mengutip istilah teman), apa saja hari yang istimewa itu menurut kalian? Apakah ulang tahun termasuk di dalamnya? Jika jawabannya iya, mungkin saya setuju dengan Anda. Jika jawabannya tidak, maka saya barangkali juga setuju. Loh, jadi sebenarnya setuju atau enggak?

Bagi saya sendiri, secara fisik dan rutinitas hari ulang tahun sama saja dengan hari-hari biasa. Bedanya, pada hari itu wall di facebook dan inbox sms penuh dengan ucapan “Met Ultah, Happy Birthday, Met Milad, Met Hari Lahir” dan biasanya diiringi dengan pengharapan “Wish you all the best” atau “Semoga Sukses” (ini yang paling banyak diucapkan). Tambahan lagi, di tahun ini ada telepon dari seseorang yang istimewa tepat saat pergantian hari (ehm). Oh, dan satu lagi, biasanya ditagih untuk mentraktir oleh teman-teman yang sangat tidak peduli dengan kondisi finansial saya sekarang.

Saya kemudian berpikir, haruskah bahagia atau sedih pada hari itu? Bertambahnya usia berarti berkurangnya waktu saya di sini, hidup ini. Namun di sisi lain, saya bersyukur masih diberi kesempatan untuk dapat merubah diri, seperti yang kebanyakan orang bilang “menjadi lebih baik”. Ulang tahun atau pengulangan tanggal ketika saya dilahirkan beberapa tahun yang lalu di tahun 2010 ini adalah sebuah alarm yang berbunyi nyaring ,”Woooy, kemana aja kamu selama ini??? Udah dua puluh satu tahun atau dua ratus lima puluh bulan kamu di sini lho…. mana karyamu? Mana sumbangsihmu untuk masyarakat? Well, tak usah muluk-muluk lah, mana tindakan nyatamu untuk diri sendiri? Simpel saja, menghentikan kebiasaan buruk seperti tak terlambat datang kuliah lagi misalnya (hehe curhat). Kemana cita-cita yang kamu gantungkan setinggi langit itu akan terbang entah kemana jika kamu biarkan menggantung begitu saja seumur hidup?

Dan, voila! Pikiran-pikiran tersebut menampar saya. Tapi entahlah kulit saya ini terbuat dari apa ya, kok ditampar juga nggak kerasa sakit alias belum sadar juga. Jadilah saya seperti sekarang ini. Masih terseok-seok menggapai cita. Doakan saja saya bisa naik pesawat biar lebih mudah meraih cita-cita yang saya gantung di langit tadi.

Baiklah, saya rasa mumpung masih diberi kesempatan untuk bernafas, sebab banyak orang yang rela memberikan apa saja untuk bisa tetap hidup(so jangan disia-siakan ), saya ingin menyampaikan jutaan terima kasih dan bahkan itu pun tak kan cukup untuk membalas semua yang telah kalian beri, termasuk doa-doanya. Serta permintaan maaf yang sesungguhnya juga sangat tak kan bisa mengganti rasa sakit hati karena kesalahan tindakan dan ucapan “saya” yang sangat jauh dari sempurna ini.

Mudah-mudahan alarm ini tak hanya berbunyi sesaat, yang membuat bangun lalu tidur lagi, bangun lagi tidur lagi (lho, lagunya Mbah Surip donk). Namun, setelah alarm berbunyi, saya harus bergegas menyongsong hari esok dengan tekad mewujudkan harapan dan impian menjadi kenyataan. Ya, menyongsong hari yang baru, ini artinya hari yang istimewa lagi. Semoga 

Panic Room 120310
***
Tangisku pada malamku
Senyumku pada pagiku
Saat mentari terbit tenggelam
Tlah kurasa lelah mata terpejam,
Langkah-langkah tertatih
Walaupun terluka bersimbah airmata
Aku tak ingin berhenti
Hanya karena semakin kencang angin menerpa
Kian deras hujan menerjang
Terjal dan curam tikungan kehidupan
Tak kan surutkan asa yang terpatri
Kan kutempuh hingga nanti
Sampai ke penghujung perjalanan ini



Tidak ada komentar:

Posting Komentar