Minggu, 08 Maret 2009

Obat itu Bernama Sakit, Kecewa, dan Kehilangan

Hampir tiap manusia pernah mengalami sakit

Hampir tiap manusia pernah merasa kecewa

Hampir tiap manusia pernah kehilangan


Ketiga hal yang dialami hampir tiap manusia dalam hidupnya tersebut biasanya berujung pada rasa sedih, stres, marah atau takut. Akan tetapi, jika kita mau renungkan sejenak, terdapat hikmah yang luar biasa di balik ketiganya. Sakit, kekecewaan dan kehilangan ialah ibarat pil pahit yang harus diminum untuk mengobati seorang pasien. Bedanya, ketiga hal ini akan membuat kita menjadi lebih bijak di dalam menjalani kehidupan, sama seperti tujuan belajar sejarah.

Rasa sakit akan membuat kita sadar bahwa kesehatan merupakan rizqi dari Allah SWT yang patut kita syukuri. Dewasa ini, karena padatnya aktivitas dan rutinitas, banyak orang sering melupakan pentingnya menjaga kondisi tubuh. Akibatnya, sakit pun tak terhindarkan. Mungkin ada benarnya juga slogan “Di dalam tubuh yang sehat, terdapat jiwa yang kuat”. Walaupun bukan faktor yang paling utama, kesehatan akan menunjang segala kegiatan yang kita lakukan. Begitu juga sebaliknya. Oleh karena itu, jika pernah mengalami sakit sekali, maka kita akan lebih bijak dan berhati-hati dalam menjaga kesehatan.
Next, kecewa karena kegagalan? Tentu beberapa dari kita pernah mengalaminya. Yang perlu kita perhatikan bukan pada kegagalan yang telah terjadi, tetapi pada apa yang akan kita lakukan setelah gagal. Haruskah disesali atau justru menjadi cambuk agar kegagalan yang sama tak akan terulang di masa mendatang?

Bentuk kekecewaan yang lain misalnya terluka karena perkataan atau sikap orang lain. Ada yang bilang luka di tubuh bisa cepat sembuh, tetapi luka di hati lebih lama sembuh. Tak perlulah kita berlarut-larut ketika merasa kecewa sebab justru kekecewaan mengajarkan kita untuk menjadi pemaaf. Intinya, perlakukanlah orang lain sebagaimana kita ingin diperlakukan. Ada baiknya kita mengevaluasi diri sendiri: sudahkah bijak dalam berucap dan bersikap kepada orang lain?

Last but not least, kehilangan mengingatkan kita bahwa apa yang kita miliki sebenarnya hanyalah titipan yang sewaktu-waktu akan kembali kepada Sang Khaliq. Karenanya kita belajar bijak dengan tidak bangga berlebihan atas apa yang kita punya. Berbuatlah yang terbaik untuk orang-orang di sekeliling kita karena kita tak pernah tahu sampai kapan mereka atau kita masih ada di dunia.

“Sesungguhnya di samping kesukaran ada kemudahan” (QS. Al Insyirah:6)

Nah, selalu ada hikmah di balik segala sesuatu, walau itu merupakan hal yang menyakitkan sekalipun. Hanya saja, terkadang kita terlalu mendramatisir keadaan. Ingatlah bahwa sesuatu yang kecil akan terasa berat jika kita menganggapnya sebagai beban, tetapi sesuatu yang berat akan terasa ringan jika dinikmati. Mengutip kalimat Albert Einsten yang berkata bahwa hidup ini seperti naik sepeda. Supaya terjaga keseimbangan, Anda harus terus berjalan. Life must go on. Laa tahzan, innallaaha ma’anaa…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar